HARIANINVESTOR.COM – Salah satu perusahaan BUMN di bidang farmasi baru-baru ini mengejutkan pasar, ya PT Indofarma Tbk atau INAF belum bayar karyawan.
Bersamaan dengan itu, harga saham INAF anjlok ke level paling rendah di 176an, atau terkoreksi sekitar -66.7% dari awal tahun 2024 yang berada di kisaran 529an.
Lantas seberapa minus cash flow perusahaan hingga membuat INAF ada di situasi seperti sekarang?
Mencuatnya Isu INAF Belum Bayar Karyawan
Baca Juga:
Usai Difitnah Selingkuh, Penyanyi Cantik Mahalini Raharja. Akhirnya Buka Suara Tentang Perasaannya
Pada 6 April 2024, salah satu sosial media Twitter (X) meramaikan public setelah mengunggah sebuah video aksi protes karyawan Indofarma dengan durasi 2 menit 11 detik.
Aksi tersebut dilakukan dalam upaya mendapatkan gaji dan THR dari perusahaan farmasi tempat mereka bekerja.
Hingga adanya tulisan pendemo yang mengungkapkan:
“Miris melihat perusahaan pelat merah Indofarma Grup belum terima gaji. Ke mana harus mengadu? Kementerian BUMN dan Holding Farmasi Biofarma diam seribu bahasa.”
Baca Juga:
Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok dan India Terbesar, Ekonomi Asia Pasifik 2024 Tumbuh Sebesar 5 Persen
KPK Geledah Rumah Milik Mantan Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak
Sontak isu ini ramai diperbincangkan masyarakat publik, hingga merosotkan kinerja harga saham INAF.
Isu lainnya yang juga menimpa perusahaan farmasi ini ialah dituduh melakukan tindak kecurangan alias fraud, sehingga membuat INAF belum bayar karyawan seperti sekarang.
Alasan INAF Belum Bayar Karyawan
Ramainya isu INAF belum bayar karyawan semakin ditegaskan setelah perusahaan mengeluarkan tanggapan atas pemberitaan yang dibuat oleh media massa.
Baca Juga:
Tanggapan tersebut INAF rilis melalui Keterbukaan Informasi BEI.
Secara tidak langsung telah menegaskan situasi yang dihadapi perusahaan saat ini, di mana INAF belum membayarkan gaji karyawan pada periode Maret 2024.
Bahkan jika di breakdown kembali pada tanggapan perusahaan, kita akan menemukan pernyataan perusahaan bahwa untuk laporan keuangan FY2023 masih dalam proses finalisasi audit yang dilakukan KAP.
Kendati dalam situasi INAF belum bayar karyawan, rupanya perusahaan masih beritikad baik dengan membayarkan hak THR karyawan.
Di mana perusahaan telah memenuhi kewajibannya membayar THR karyawan pada 5 April 2024 secara penuh dan tidak dicicil.
Berikutnya, INAF juga mengakui adanya proses restrukturisasi utang yang akan maupun telah berhasil dibayarkan perusahaan pada kreditur, dengan proses restrukturisasi tersebut kini sudah masuk ke dalam proses PKPU Sementara.
Sebab itu, INAF mengakui bahwa saat ini kondisi perusahaan belum mumpuni untuk membayarkan gaji karyawan.
Menariknya, di tengah situasi ‘terpuruk’ tersebut manajemen perusahaan optimis bahwa adanya keputusan PKPU tidak akan berdampak langsung terhadap operasional.
Yang berarti seluruh operasional INAF masih akan berjalan seperti biasanya.
Sayangnya, pernyataan yang dilayangkan INAF terkesan kontras dengan situasi yang menimpanya saat ini, hingga harga sahamnya anjlok di level terendah.
Bahkan dalam aktivitas perdagangan saham di bursa, saham perusahaan ini telah mendapatkan notasi khusus M, E, L, dan X yang berarti, bahwa INAF:
M: INAF mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
E: Laporan keuangan terakhir menunjukkan ekuitas negatif
L: INAF tercatat sebagai perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan
X: INAF masuk ke dalam kriteria Efek Bersifat Ekuitas dalam Pemantauan Khusus
Pemberian notasi khusus terhadap saham INAF ini menjadi bentuk perlindungan bursa terhadap para pelaku pasar.
Secara tidak langsung, situasi INAF saat ini membuatnya terkesan riskan untuk ditransaksikan di pasar.
Lantas seberapa minus cash flow perusahaan dalam catatan laporan keuangan yang terakhir di rilis INAF? Berkenaan dengan laporan keuangan FY2023 yang masih dalam proses audit.
Cash Flow INAF Berdasarkan Laporan Keuangan Kuartal III-2023
Berdasarkan arus kas yang dicatatkan INAF terakhir kali di kuartal III-2023, rata-rata kas mengalami penurunan. Berikut rinciannya:
Dari arus kas operasi tercatat negatif yang meningkat 302.1% YoY dari -Rp46.94 miliar di kuartal III-2022, justru melanjutkan negatif hingga sebesar -Rp188.65 miliar di kuartal III-2023.
Hal ini menunjukkan bahwa INAF gagal dalam men-generate cash dari bisnisnya, di mana jumlah Penerimaan Kas perusaahaan tidak lebih besar dari sejumlah pembayaran yang harus dilunasi.
Akibatnya secara operasional, INAF menelan banyak kerugian lantaran kas yang masuk tidak sebanding dengan besarnya beban perusaaan.
Sehingga perusahaan berusaha mengajukan penundaan pembayaran gaji terhadap para karyawan.
Meski begitu, INAF masih berupaya melakukan investasi, yang terlihat dari kas investasi minus sekitar -Rp950.17 juta di kuartal III-2023.
Angka ini menyusut, jika dibandingkan dengan aktivitas investasi yang dilakukan sebesar Rp18.89 miliar di kuartal III-2022.
Berdasarkan rinciannya, INAF masih mendapatkan Penerimaan Penghasilan Bunga Simpanan sebesar Rp3.23 miliar.
Kemudian melakukan investasi berupa Perolehan asset hak guna dan juga Pembelian asset tetap.
Kendati perusahaan masih melakukan investasi, namun hal ini tidak serta merta menyelamatkan perusahaan di situasi seperti sekarang.
Berikutnya dari sisi kas pendanaan tercatat positif di angka Rp129.59 miliar di kuartal III-2023.
Angka ini berbalik positif, dari sebelumnya negatif -Rp45.31 miliar per kuartal III-2022.
Dikarenakan perusahaan mendapatkan Penerimaan pinjaman jangka pendek sebesar Rp23.10 miliar dan juga Penerimaan utang pemegang saham Rp135.38 miliar.
Namun di waktu yang sama, perusahaan juga melakukan pembayaran pinjaman dengan nilai cukup besar untuk bayar pinjaman jangka pendek -Rp24.04 miliar dan pinjaman jangka panjang Rp4.84 miliar.
Setara Kas INAF kuartal III-2023. Source: Laporan Keuangan INAF Kuartal III-2023
Dengan memburuknya cash flow perusahaan, maka kas dan setara kas yang dicatatkan per kuartal III-2023 mengalami penurunan sekitar -0.22% YoY menjadi sebesar Rp209.80 miliar.
Profitabilitas INAF
Profitabilitas INAF kuartal III-2023. Source: Laporan Keuangan INAF Kuartal III-2023
Penurunan kinerja INAF juga terjadi pada profitabilitas perusahaan, tercatat penjualan bersih turun -50.74% YoY menjadi Rp445.70 miliar di kuartal III-2023, dari sebelumnya Rp904.89 miliar pada kuartal III-2022.
Penjualan tersebut sudah turun separuhnya dengan sangat signifikan, dengan rincian penjualan berikut:
Rincian Pendapatan INAF kuartal III-2023.
Terlihat pada penjualan lokal secara keseluruhan INAF mencatatkan penurunan sekitar -52.30% YoY menjadi Rp428.00 miliar di kuartal III-2023, dari semula sebesar Rp433.40 miliar pada kuartal III-2022.
Akan tetapi untuk penjualan ekspor justru mencatatkan kenaikan yang relatif besar sekitar 137.90% YoY menjadi Rp17.70 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp7.44 miliar.
Sayangnya kenaikan penjualan ekspor ini tidak mampu menutupi penurunan penjualan yang mayoritas berasal dari lokal.
Akibat penjualan yang turun cukup besar di angka Rp445.70 miliar, perusahaan harus menanggung Beban Pokok Penjualan yang nilainya hampir sama di Rp435.46 miliar.
Sehingga laba kotor yang diterima perusahaannya hanya sebesar 10.23 miliar di kuartal III-2023.
Bukan itu saja, bahkan perusahaan menanggung beban pada beberapa pos:
Beban Penjualan -Rp76.45 miliar
Beban Umum dan Administrasi -Rp100.53 miliar. Rugi lain-lain Neto -Rp6.61 miliar
Beban Keuangan naik menjadi -Rp39.08 miliar
Alhasil perusahaan farmasi INAF mencatatkan kerugian sebesar -Rp191.69 miliar di kuartal III-2023, lebih besar dari periode yang sama di -Rp183.11 miliar per kuartal III-2022.
Kondisi Balance Sheet INAF
Posisi INAF berdasarkan asset lancar kuartal III-2023 yang sebesar Rp816.98 miliar, dibandingkan Liabilitas jangka pendek sebesar Rp1.15 triliun.
Menunjukkan Liquidity Ratio sebesar 0.71x yang membuat posisi INAF saat ini sangat riskan dan memungkinkan perusahaan melakukan restrukturisasi atas utang-utangnya.
Sedangkan dari sisi total Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada Pemilik entitas Induk minus sekitar -Rp105.34 miliar di kuartal III-2023, dibandingkan total liabilitas sebesar Rp1.59 triliun.
Maka mencerminkan Debt to Equity Ratio di level -15.15x, sangat memungkinkan INAF untuk gagal bayar.
Memperhitungkan ekuitas yang dimiliki tidak sebanding dengan jumlah liabilitas secara keseluruhan.
Total liabilitas INAF yang juga terlampau besar ini, membuat perusahaan tidak layak mendapatkan pinjaman baru lantaran total liabilitas yang dimiliki sudah melebihi nilai asset perusahaan
Pengunduran Diri Komisaris Utama
Hal lain yang dapat disorot dari INAF ialah mundurnya Komisaris Utama tertanggal 8 Januari 2024 yang lalu, yakni Laksono Trisnantoro dan kembali mengajukan permohonan pada 3 April 2024.
Pengunduran diri Komisaris Utama Indofarma ini turut menyedot perhatian, lantaran dilakukan ketika perusahaan sedang diterpa isu INAF belum bayar karyawan.
Akan tetapi dari pengunduran diri tersebut ditemukan sejumlah keadaan yang membebani INAF, antara lain:
Hasil audit BPK tahun 2023, ditemukan indikasi aktivitas fraud di lingkungan kerja INAF.
Hasil rapat 3 Januari 2024 menyatakan, Holding BUMN Farmasi sudah tidak memakai jalur transformasi BUMN.
Lantaran INAF diperuntukan sebagai perusahaan yang ada dalam Holding khusus alat kesehatan dan juga herbal.
Adanya downsizing perusahaan, di mana RKAP yang sebelumnya sebesar Rp450 miliar turun menjadi Rp250 miliar.
INAF saat ini sedang ada di dalam penanganan oleh PPA.
Kesimpulan
Dengan situasi yang saat ini INAF belum bayar karyawan, maka penurunan harga saham menjadi hal yang wajar terjadi.
Terlebih dengan sejumlah faktor, mulai dari cash flow perusahaan yang terbebani, penjualan yang juga anjlok 50.74% YoY menjadi Rp445.70 miliar di kuartal III-2023, kenaikan sejumlah beban dan kerugian.
Sehingga INAF tidak lagi mencatatkan laba positif alias merugi sebesar -Rp191.69 miliar di kuartal III-2023, lebih besar dari -Rp183.11 miliar per kuartal III-2022.
Bahkan dari sisi balance sheet, maka INAF memang harus melakukan restrukturisasi terhadap utang-utang perusahaan.
Bagaimana pun upaya yang tengah diupayakan INAF, perusahaan berpotensi menghadapi kebangkrutan.
Bahkan rumor bangkrutnya perusahaan farmasi BUMN ini sudah berhembus dari 2023 lalu.
Yang mengindikasikan bahwa yang perlu dilakukan INAF bukan hanya restrukturisasi utang, namun perusahaan perlu melakukan pembenahan modal, tata kelola organisasi yang lebih baik dan bersih.
Serta meningkatkan kembali SDM yang dimiliki secara menyeluruh.
Adapun jika dilihat dari sisi Net Profit Margin secara historical, maka bisa dikatakan perusahaan farmasi BUMN ini hampir tidak pernah merasakan keuntungan dari hasil penjualan.
Akibat tidak kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari total pendapatan yang diperoleh.
Tentunya hal ini menunjukkan bahwa manajemen perusahaan tidak beroperasi secara efisien, sehingga perusahaan berturut-turut merugi.
Kerugian INAF bahkan semakin dalam selepas masa Covid19, sebagai akibat dari cerobohnya manajemen perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar Kesehatan.
Di mana saat itu, INAF banyak menjual produk kesehatan alih-alih menangani penyebaran Covid19, tanpa memperhitungkan modal yang ada dan juga utang yang timbul.
Sehingga selepas itu, produk Kesehatan banyak tidak laku dan mengalami kadaluwarsa.
Kejadian ini menjadi bukti bahwa strategi bisnis yang dilakukan oleh manajemen tidak benar yang justru merosotkan perusahaan pada kerugian besar.
Dari kondisi INAF belum bayar karyawan ini, kita kembali disuguhkan oleh contoh buruknya pengelolaan manajemen dalam sebuah perusahaan.
Yang berujung panjang dan merugikan banyak pihak, bukan hanya perusahaan semata. Kira-kira bagaimana kelanjutannya.***
Artikel di atas merupakan kolaborasi antara portal berita ekonomi & bisnis Harianinvestor.com dengan The Investor, channel edukasi yang bergerak di bidang investasi saham sejak tahun 2018 dan berfokus pada Value Investing.