Oleh: Salamuddin Daeng, Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI).
HARIANINVESTOR.COM – Pada era pemerintahan SBY nilai tukar rupiah terhadap mata Dollar Amerika Serikat atau USD adalah Rp. 8000 rupiah per dolar.
Lalu pada masa pemerintahan Joko Widodo nilai tukar rupiah terhadap USD adalah rata rata Rp. 14 ribu.
Nilainya dolar terhadap rupiah naik 85 persen. Atau nilai rupiah terhadap dolar turun 85 persen.
Baca Juga:
Kenaikan CSA Index Desember 2024 Menjadi Tanda Positif bagi Pertumbuhan Sektor Energi di Indonesia
Lalu apakah itu mencerminkan penurunan nilai ekonomi Indonesia terhadap global? Tentu saja tidak!
Ekonomi Indonesia adalah 7 besar dunia sekarang ini, dan akan menjadi 5 besar dunia pada 2027 menurut forecsts IMF.
Dolar naik turun sekehendak pemiliknya. Belakangan nilai dolar naik terhadap sebagian besar mata uang dunia.
Baca artikel lainnya di sini : Begini Tanggapan Bos Apple Saat Presiden Jokowi Minta Bangun Pabrik Manufaktur Apple di Indonesia
Baca Juga:
Sebut Rakyat Butuh Rumah yang Terjangkau, Prabowo: Nggak Usah Diseminarkan, Rakyat Butuh Segera
Harga MinyaKita Masih Tinggi, Menteri Perdagangan Budi Santoso Sebut 2 Hari Lagi akan Turun
Karena The Fed pemilik dolar menaikan suku bunga acuan setinggi langit.
The Fed main bunga uang tinggi dalam rangka menarik uang dolar dari seluruh dunia dengan janji imbal hasil bunga dimasa depan yang besar dalam ekonomi AS.
Baca artikel lainnya di sini : Investasi Pengembangan Sumber Daya Manusia, Apple Tambah Apple Developer Academy Keempat di Bali
Walaupun kebijakan itu tidak pasti atau bisa berubah dengan cepat.
Baca Juga:
KPK Penjaraksn 3 Orang, Kasus Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah Peras Anak Buah untuk Biayai Pilkada
Suka suka The Fed saja karena The Fed lah penguasanya lebih berkuasa dari pemerintah dan parlemen AS.
Supremasi bank swasta The Federal Reserve dikarenakan bisa melakukan printing dolar lalu diutangkan ke negara Amerika Serikat (AS) dan selanjutnya AS sebagai makelar The Fed menghutangkan ke seluruh dunia.
Sekarang The Fed tidak boleh cetak uang bermodalkan kertas dan tinta lagi.
Kecuali ada krisis, perang, great depreasion, tapi bagaimana cara membuatnya chaos semacam itu sehingga ada legitimasi cetak uang. Apa masih bisa di timur tengah itu?
Cara naik turunnya dolar sangat ekalusive, tertutup dan hanya segelintir elite global yang tau.
Dolar adalah rezim mata uang yang sangat sentralistik dan tidak demokratis.
Padahal dolar adalah mata uang yang dijadikan alat tukar oleh banyak negara.
Akibatnya nilainya terhadap mata uang negara lain sama sekali tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya.
Bahkan nilainya didalam ekonomi AS saja tidak diakui sebagai alat ukur pertukaran.
Nah saking kacaunya mata uang ini nilainya bisa naik tiba tiba, bisa juga turun tiba tiba.
Akibatnya nilainya tidak dapat lagi dijadikan alat mengukur ekonomi, daya beli masyarakat suatu negara dan bahkan GDP suatu negara.
Akibatnya banyak negara dan lembaga telah meninggalkan dolar AS sebagai alat untuk mengukur nilai mata uang suatu negara.
Bank dunia dan lembaga lembaga multilateral tidak lagi menggunakan dolar sebagai alat kengukur ekonomi.
Lembaga internasional tersebut menggunakan indikator lain, atau ini mata uang lain atau alat ukur lain. Apa itu? Yakni dolar Purchasing Power Parity (PPP).
Nilai dolar PPP suatu negara berbeda sangat tergantung kemampuan mata uang negara tersebut untuk ditukarkan dengan barang barang dan jasa jasa.
Indonesia termasuk memiliki nilai dolar PPP yang cukup bagus yakni Rp. 4.765 /Dolar PPP.
Nilainya lebih kuat tiga kali dibandingkan nilai tukar mata uang rupiah terhadap Dollar Amerika.
Nilai dolar PPP mencerminkan nilai yang sebenarnya dari mata uang rupiah sebagai alat tukar dalam membeli barang dan jasa jasa kebutuhan hidup.
Sementara nilai dolar Amerika adalah nilai yang berlaku dikalangan para spekulan mata uang.
Tinggal satu masalah kita dengan dolar AS ini yakni kita membeli minyak impor dengan dolar AS.
Parahnya lagi kita membeli minyak yang dihasilkan di dalam negeri juga dengan dolar AS, dan ini melaggar UUD dan UU tentang mata uang.
Ditambah lagi BUMN kita membuat laporan keuangan juga dalam dolar, ini sebenarnya tidak benar melanggar UU.
Tapi walaupun demikian impor migas dengan dolar sudah bisa ditandingi dengan ekspor komoditas dengan penerimaan dolar.
Tetapi nanti ketika transisi energi berjalan dengan baik, maka dolar dan harga minyak tidak lagi memainkan peran penting dalam mengacaukan ekonomi Indonesia.
Dikarenakan Indonesia adalah gudangnya EBT dan super power dalam transisi enegi maka bisa jadi Indonesia akan pemegang kunci jangkar mata uang global yang baru.
Dan stabil pengganti minyak dan pemegang otoritas mata uang baru yang stabil pengganti dolar. Nanti kita lihat.***
Sempatkan juga untuk membaca berbagai berita dan informasi lainnya di media online Haiupdate.com dan Apakabarindonesia.com
Pastikan juga download aplikasi portal berita Hallo.id di Playstore (android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik.
Sedangkan untuk publikasi press release di media online ini, atau pun serentak di puluhan media lainnya, dapat menghubungi Jasasiaranpers.com.
WhatsApp Center: 085315557788, 087815557788, 08111157788.